top of page

LMS (Learning Management System): Apa dan Untuk Apa?

Updated: Oct 8, 2021

Apa itu LMS? Mungkin ada yang belum pernah mendengarnya sama sekali. Apalagi kalau kita terbiasa dengan pelatihan-pelatihan tatap muka yang tidak menggunakan sistem manajemen pendidikan yang terautomasi. LMS atau Learning Management System adalah sebuah sistem manajemen pembelajaran yang merupakan aplikasi software untuk mengadministrasikan, mengelola, mendokumentasikan, melakukan tracking dan monitoring, hingga membuat pelaporan, berkomunikasi, memberikan feedback, dan segala bentuk automasi dari program pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran.


Sistem Manajemen Pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari disain dan proses pembelajaran daring. Kita bisa membayangkan terutama jika kita memiliki peserta belajar yang besar dan banyak materi pelajaran untuk disampaikan. maka akan cukup rumit kita mengatur dan mengelolanya. Tulisan ini hendak menjelaskan mengapa setiap pendidik dan fasilitator perlu menguasai penggunaan (kalau tidak, merancang) LMS yang siap pakai.




1. Menstrukturkan muatan atau topik pembelajaran berdasarkan disain pembelajaran

Disain pembelajaran adalah kunci utama, itu yang selalu saya dengungkan dalam blog ini. Namun bagaimana kita bisa menjabarkannya selama proses pembelajaran daring? LMS adalah "rumah" dimana kita bisa menempatkan bagian-bagian dari setiap block materi atau topik pembelajaran di dalam kamar-kamar yang sudah disiapkan. Di dalamnya kita menstrukturkan apa tujuan, pokok bahasan, metode yang digunakan, perangkat, jadwal dan referensi atau bahan rujukan. Di dalamnya kita juga menghimpun penugasan-penugasan untuk masing-masing topik pembelajaran. Dengan melihat dan mengakses LMS peserta lebih mudah memahami struktur dan alur belajar yang akan dilakukan.


2. Mengatur konten pembelajaran di dalam satu lokasi penyimpanan LMS memiliki fungsi menyimpan konten atau materi pembelajaran secara terpusat dalam satu lokasi. Oleh karenanya ketimbang menyebarkan konten via email atau membagikan tautan hard drive dan perangkat penyimpanan yang berbeda-beda, kita bisa mengupload dan menyimpan semua materi di LMS. Ini juga mengurangi risiko kehilangan data penting dan mempermudah proses pembelajaran kita. Peserta bisa langsung mengakses materi, pengumuman, dan penugasan ke LMS.

3. Menyediakan akses tak terbatas ke materi atau konten pembelajaran Dengan mengunggah materi pelatihan ke LMS dan mempublikasikannya, maka peserta memiliki akses tak terbatas kepada materi-materi yang mereka butuhkan. Bahkan mereka yang sedang bekerja, atau bepergian kemanapun bisa tetap masuk ke platform LMS, tanpa perlu menunggu sesi pertemuan berikutnya untuk tetap mengembangkan pemahaman dan menyempurnakan tugas mereka. Dengan menyediakan LMS, peserta dari lokasi geografis dan zona waktu yang berbeda tidak memiliki kendala untuk mengakses materi pembelajaran.

4. Menyediakan ruang komunikasi, interaksi dan umpan balik

Di dalam LMS kita bisa memberikan pengumuman dan informasi baru kepada seluruh peserta. Bayangkan dalam sekolah atau kuliah tatap muka, kita harus mengumpulkan semua peserta di waktu yang sama di balairung atau di lapangan dalam sebuah upacara bendera. Sementara dengan LMS kita cukup menuliskannya di wall atau dinding pengumuman dan semua peserta akan mendapatkan informasinya. Di saat yang sama kita juga bisa menghubungi, memberi umpan balik, menjawab pertanyaan peserta secara terpisah atau one-on-one. Semua penugasan yang masuk dapat diperiksa dan diberikan umpan balik secara rahasia.

5. Memudahkan melacak kemajuan dan kinerja peserta LMS yang baik memiliki fitur untuk melacak kemajuan peserta dan memastikan mereka memenuhi tahapan-tahapan kinerja tersebut. Misalnya, jika peserta tidak berhasil menyelesaikan tugas, kita bisa mengecek apa kesulitan mereka dan menawarkan bimbingan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan kinerja belajar mereka. Sebagian besar LMS juga memiliki fitur pelaporan sebagai alat analitik untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari proses dan konten belajar. Misalnya, kita menemukan peserta kurang berminat atau kurang mampu mengakses konten tertentu maka kita bisa membuat modifikasi jika diperlukan.


6. Mengurangi Biaya Diklat Nah ini yang penting, LMS memberi kita alasan untuk sepenuhnya memangkas biaya perjalanan, sewa hotel, akomodasi dan ruang pertemuan, biaya fotokopi dan sepenuhnya menggunakan platform daring. Itu artinya, kita dapat menghemat jumlah yang cukup besar untuk anggaran diklat. Kita bisa memindahkan anggaran tersebut untuk ongkos merancang platform LMS yang baik, subsidi koneksi internet peserta, mengembangkan dan memperkaya konten-konten pembelajaran digital. Investasi ini akan lebih panjang umurnya ketimbang habis untuk operasional.


7. Mengurangi waktu Diklat LMS dengan fitur-fitur yang lengkap akan membantu mengurangi waktu pelatihan. Kok bisa? Ya, karena kerap kali kita menghabiskan waktu cukup panjang untuk menjelaskan materi yang sebenarnya bisa diunduh dan dipelajari sendiri oleh peserta. Daripada menjelaskan komponen pelatihan satu persatu, peserta dapat membaca manual daring yang disediakan. Atau memeriksa setiap silabus yang sudah disajikan di LMS. Mereka juga dapat menilai pemahaman mereka dengan mengikuti ujian atau kuis yang dilakukan secara daring, berpartisipasi dalam diskusi dan simulasi interaktif, dan menonton video terkait isu atau masalah yang kompleks. Artinya penggunaan LMS dalam kelas daring membantu fasilitator untuk memilih dan memilah apa kegiatan belajar yang perlu dilakukan secara sinkron virtual, dan apa kegiatan pembelajaran yang dapat diselesaikan secara asinkron mandiri.

8. Menjaga standar kepatuhan peserta Fitur-fitur dalam LMS juga membantu fasilitator dan panitia penyelenggara untuk menetapkan dan menerapkan standar kepatuhan peserta. Tentu saja berbagai aturan atau standar kepatuhan tersebut penting didiskusikan sebelum diadopsi sebagai aturan bersama. Contoh yang paling penting adalah mengintegrasikan daftar hadir, menetapkan deadline atau batas waktu penyelesaian tugas, membuat penilaian atau grading, dan sebagainya. Kalau ada aturan yang baru bisa diumumkan di wall, dan peserta selalu dapat mengetahui aturan tersebut.


9. Mengintegrasikan berbagai model pembelajaran, sinkron, asinkron maupun pengalaman penggunaan aplikasi kolaborasi online dan media sosial Kelas daring yang menggunakan model blended learning akan memadukan pembelajaran campuran antara sinkron dan asinkron. LMS memudahkan kita untuk mengintegrasikan kedua model pembelajaran tersebut dalam satu platform. Yang lain lagi karena LMS merupakan aplikasi daring, maka dapat ditautkan dengan aplikasi-aplikasi daring lainnya, baik aplikasi kolaborasi, publikasi, forum percakapan, virtual meeting, penyimpanan, ataupun media sosial. Ini juga membantu kita memasarkan pelatihan dan menarik peserta baru.

10. Memperluas pelatihan dengan cepat dan mudah. Sebagai fasilitator kita pasti tahu bahwa disain pembelajaran tidak ditulis di atas batu. Disain pembelajaran kadangkala harus cukup fleksibel untuk ditambahkan, dikurangi, disempurnakan sesuai dengan kenyataan dan dinamika belajar peserta. Nah, jika kita ingin menambahkan modul atau materi-materi baru, atau bahkan menduplikasi pelatihan untuk kelompok atau segmen yang berbeda, maka kita cukup melakukannya di LMS dengan membuat modifikasi yang diperlukan tanpa mengulang seluruh disain pembelajaran. Karena semua konten ada di satu lokasi, kita cukup menambahkan dan melakukan cross-references untuk konten yang sudah tersimpan dan kemudian menyebarkannya ke semua peserta. Ini sangat berbeda dengan pelatihan tatap muka, dimana kita harus mengirimkan informasi perubahan secara manual, atau cetak ulang bahan yang berubah.


Apa kriteria untuk memilih LMS

  • Periksa daya tampung (storage) untuk menyimpan materi dan bahan-bahan pembelajaran

  • Lihat apakah memiliki fitur lengkap untuk mengakomodir kebutuhan pembelajaran. Jika tidak bisa mengakomodir kebutuhan tersebut maka minimal bisa diintegrasikan dengan aplikasi dengan mudah (melalui sisipan/link ataupun embedding)

  • Apakah dapat digunakan untuk devices/alat komunikasi yang berbeda-beda (komputer laptop, desktop, tablet, telefon seluler)

  • Tidak berbiaya atau hemat biaya sehingga dapat digunakan oleh komunitas, meskipun tidak memiliki sumber daya finansial.

  • Mudah dioperasikan, baik oleh perancang, fasilitator, maupun oleh peserta.

0 comments

Komentarji


bottom of page