"Pembentukan kelompok memiliki daur hidupnya. Sekelompok manusia bukanlah kumpulan sekrup mesin yang kalau dipasang kemudian otomatis mesin bekerja."
Apa yang terjadi di kelas kita saat orang-orang baru masuk dan belum saling kenal? Mungkin duduk-duduk dan saling memandang, saling lempar senyum, tidak tahu bagaimana memulainya. Tapi mungkin ada yang langsung menyapa, mengenalkan diri. Itu pemandangan umum dan alami saja, di kelas tatap muka ataupun kelas daring. Tidak ada bedanya. Satunya terlihat fisik, satunya dibatasi layar. Tapi saya percaya pada dasarnya semua orang punya naluri untuk berinteraksi.
Awalnya kita bukan kelompok; kita hanyalah individu-individu yang datang untuk terlibat dalam sebuah proses pembelajaran dari berbagai tempat dengan identitas dan latar belakang berbeda, yang mungkin ditugaskan atau dihadirkan untuk bekerja sama. Seiring waktu saling mengenal satu sama lain, mengetahui apa yang diharapkan dari satu sama lain, mengetahui bagaimana membagi kerja dan menetapkan tugas, dan mengetahui bagaimana menyelesaikannya. Jadilah kita mulai beroperasi sebagai kelompok dan bukan lagi kumpulan individu.
Pelatihan adalah pembelajaran kolektif. Ini adalah proses sosial dan tahapan bagaimana suatu kelompok dikembangkan harus dipahami oleh seorang fasilitator. Tugas kita salah satunya adalah mendorong agar kelompok terbangun dan secara dinamis mampu menghasilkan performa atau kinerja perubahan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Tahapan Pembentukan Kelompok
Proses belajar untuk bekerja sama secara efektif ini dikenal sebagai "daur pengembangan kelompok". Ada pakar yang bernama Bruce Tuckman, seorang psikolog pendidikan, yang mengidentifikasi proses pengembangan kelompok dalam lima tahap yakni fase pembentukan, fase badai, fase membangun norma baru, fase melakukan, dan fase berpindah. Coba kita lihat satu persatu.
1. Tahap pembentukan (forming) Kelas baru, peserta baru. Semua masih mencari-cari posisi. Ini tahap pembentukan yang melibatkan masa orientasi dan berkenalan. Di dalam tahap ini ketidakpastian sangat tinggi, orang mungkin masih jaim (jaga image!), memilih posisi dan mencari-cari kepemimpinan atau otoritas. Kalau kebetulan ada yang senior atau nampak berpengetahuan mungkin mereka mendominasi. Umumnya anggota kelompok punya pertanyaan-pertanyaan dalam hati "Apa yang ditawarkan mereka kepada saya?" atau “Apa yang diharapkan dari saya?” "Apakah saya akan cocok? dan sebagainya." Kalaupun ada yang sudah mulai berinteraksi, biasanya karena karena mereka sudah saling mengenal sebelumnya atau dari latar belakang yang serupa.
2. Tahap badai (storming) Berikutnya tibalah kita di tahap paling sulit. Tahap storming merupakan tahap yang paling sulit dan kritis untuk dilalui. Ini adalah periode yang ditandai oleh konflik dan persaingan manakala kepribadian individu muncul. Kinerja tim bisa menurun pada tahap ini karena energi peserta (maupun fasilitator) dihabiskan untuk kegiatan yang tidak produktif. Misalnya debat berkepanjangan antar anggota untuk menentukan jadwal, atau bisa juga terbentuknya faksi-faksi atau klik yang saling berbenturan ketika memilih kelompok, dominasi dalam mempertahankan ide, mau menang sendiri, show-off, hingga bully. Untuk melewati tahap ini, peserta harus diajak bekerja untuk mengatasi hambatan, menerima perbedaan individu dan ide-ide yang saling bertentangan, serta fokus pada tugas dan tujuan pembelajaran. Hati-hati, kita bisa saja terjebak dalam tahap ini sepanjang pelatihan. Kegagalan untuk mengatasi konflik pada tahap badai dapat mengakibatkan masalah jangka panjang.
3. Tahap pembentukan norma (norming)
Setelah tim melewati fase badai dan konflik diselesaikan, maka beberapa tingkat penyatuan bisa dibangun. Pada tahap norming, konsensus dan kesepakatn berkembang seputar siapa pemimpin atau pemimpin, dan peran individu anggota. Perbedaan interpersonal mulai diselesaikan, dan rasa kohesi dan persatuan muncul. Kinerja kelompok meningkat selama tahap ini ketika anggota belajar untuk bekerja sama dan mulai fokus pada tujuan kelompok. Namun, harmoni itu juga bisa berbahaya, dan jika ketidaksepakatan muncul kembali, kelompok dapat meluncur kembali ke pertikaian.
4. Panggung pertunjukan kinerja kemajuan (performing) Pada tahap performing, konsensus dan kerjasama telah terjalin dengan baik dan kelompok yang matang, terorganisir, dan berfungsi dengan baik terbentuk. Ada struktur yang jelas dan stabil, dan anggota berkomitmen pada misi kelompok. Masalah dan konflik masih muncul, tetapi ditangani secara konstruktif. Kelompok sudah fokus pada pemecahan masalah dan mencapai tujuan kelompok.
5. Tahap Pemindahan (adjourning) Pada tahap adjourning, sebagian besar tujuan tim telah tercapai. Penekanannya adalah pada menyelesaikan tugas akhir dan tercapainya hasil-hasil yang diharapkan. Saat tugas berakhir dan beban kerja berkurang, anggota individu dapat dipindahkan ke kelompok lain. Jika kelompok akan berkelanjutan, bisa ada penggantian atau penambahan orang baru dan kelompok dapat kembali ke tahap pembentukan dan mengulangi daur atau siklus pengembangan kelompok.
Comments