"Ketika kebutuhan peserta dapat dikenali dan dipetakan maka tujuan pembelajaran dapat dirancang lebih akurat. Tujuan pembelajaran mencakup berbagai tingkat perubahan yang harus dimiliki atau dikuasai oleh peserta setelah pelatihan selesai."
Seberapa besar waktu yang kita alokasikan untuk menetapkan tujuan pembelajaran? Pernahkah kita menimbang apakah tujuan yang kita buat relevan dengan masalah dan kebutuhan peserta? Seberapa sering kita mencocokkannya dan melihat kembali relevansinya?
Tulisan ini mencoba mengajak para fasilitator untuk melihat kembali tujuan pembelajaran dari pelatihan yang akan kita jalankan. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam menentukan tujuan pembelajaran (learning objectives) adalah:
Kenali dahulu bagaimana peran atau posisi unit pendidikan dan pelatihan dalam keseluruhan visi lembaga. Ada lembaga yang menjadikan pelatihan sebagai sarana kaderisasi, atau sebagai sarana pengembangan kapasitas, atau sarana pengembangan jaringan, dan sebagainya. Penting bagi perancang untuk menempatkan proses pembelajaran sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi dalam jangka panjang.
Tentukan peran-peran apa yang diharapkan dari peserta setelah mereka mengikuti pelatihan agar mereka bisa bekerja dengan lebih baik, efektif, dan berkontribusi bagi lembaga atau komunitasnya. Dengan kata lain, kita perlu menetapkan apa hasil-hasil yang kita harapkan terjadi pada diri peserta, dan di saat yang sama memberi dampak pada lembaga atau komunitasnya masing-masing.
Berdasarkan peran-peran tersebut, tentukan kegiatan pelatihan seperti apa yang cocok dan bisa membantu tugas-tugas peserta. Apakah peserta membutuhkan lebih banyak wawasan pengetahuan, atau lebih banyak keterampilan praktis, atau contoh-contoh pengalaman yang dapat menjadi sumber inspirasi dalam penyusunan strategi?
Terakhir, mengenali gaya belajar peserta sangat penting untuk membuat kelas-kelas pelatihan menjadi lebih efektif. Gaya belajar tiap orang bisa berbeda-beda mulai dari visual, kinestetik, auditori, read and write, dsb.
Lantas, bagaimana perancang pembelajaran daring dapat menyusun tujuan pelatihan? Untuk memudahkan, saya biasa menggunakan salah satu atau kombinasi dari tiga pendekatan berikut ini sebagai model untuk menyusun tujuan pembelajaran:
KSA (Knowledge, Skills, Attitude): Dengan mengacu pada asesmen organisasi dan peserta, lakukan identifikasi tingkat perubahan yang hendak dicapai pada tiga tingkatan yaitu: Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skills), dan Sikap (Attitude).
SMART (smart, measureable, achievable, relevant, and timebound): Tujuan perubahan yang disusun hendaknya spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan dapat dilakukan dalam durasi dan jangka waktu pelatihan. Ingatlah bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan pelatihan, karenanya kita harus mampu mengukur kekuatan sejauhmana proses pembelajaran akan bisa mencapai perubahan yang diharapkan.
ABCD (Actor, Behaviour, Condition, and Degree of Change): Siapa peserta atau aktor-aktor yang dilibatkan dalam pelatihan, apa perilaku yang ingin diubah atau harus dimiliki oleh para aktor, kondisi seperti apa yang membuat peserta bisa berubah atau meningkat kapasitasnya, serta target atau tingkat perubahan yang diharapkan.
Tujuan pembelajaran adalah batu pijakan bagi perancang dan fasilitator untuk membawa proses pembelajaran menjadi hasil yang diharapkan. Oleh karenanya tahapan ini penting dilakukan secara seksama. Pertanyaan-pertanyaan ini penting dijawab di awal, misalnya:
Apakah perubahan umum yang hendak dicapai?
Pada tingkatan mana perubahan tersebut hendak diupayakan? Apakah hanya individual, organisasional, komunitas, atau masyarakat?
Bagaimana kondisi-kondisi di tingkat organisasional, komunitas dan masyarakat mendukung atau menentang perubahan?
Pada level peserta individual, sejauh mana perubahan tersebut hendak diupayakan? Apakah hanya pengetahuan, keterampilan, atau sampai pada pemahaman, kesadaran dan kemauan bertindak?
Fasilitator yang baik harus mampu mengukur apakah proses pembelajaran yang akan dilakukan, mampu mendukung dan memenuhi harapan dan tujuan-tujuan tersebut. Jika tidak, maka mungkin dibutuhkan intervensi dan kegiatan lain untuk mendorong pada perubahan yang diharapkan atau tujuan harus ditata ulang agar sesuai dengan kemampuan penyelenggaraan pelatihan.
Comments