Dalam sebuah pelatihan, pernahkah anda mengalami situasi rumit ketika narasumber menyampaikan materinya begitu panjang dan hampir tidak bisa diinterupsi atau diingatkan bahwa waktunya sudah habis? Di saat yang sama, sebagai fasilitator anda melihat peserta mulai nampak lelah, kehilangan minta, dan pelan-pelan menutup kameranya.
Ini adalah tantangan dalam kelas pembelajaran, baik daring maupun tatap muka. Presenter terlalu lama bicara, menjejali peserta dengan materi presentasi yang panjang tanpa interaksi dan batas waktu yang kemudian menyebabkan proses belajar menjadi buntu.
Masalah ini dirasakan oleh Astrid Klein dan Mark Dytham dari Firma Arsitektur Klein-Dytham Tokyo (KDa) yang kemudian menciptakan Model PechaKucha pada Februari 2003. Mereka ingin lebih banyak menggunakan model "show and tell", sebuah cara untuk menarik orang dalam ruang acara eksperimental mereka di Roppongi, dimana para desainer muda bertemu, bertukar gagasan dan menunjukkan karya mereka.
Jadi apa itu Pecha Kucha?
PechaKucha adalah istilah dalam bahasa Jepang untuk percakapan pendek atau semacam "chit-chat". Ini adalah platform bercerita (storytelling) dengan rumus 20x20 yang artinya 20 slide yang disajikan otomatis 20 detik per slide atau totalnya 6 menit 40 detik.
Platform ini tumbuh dan berkembang dengan cepat dan diadopsi oleh jutaan orang di seluruh dunia. Metode PechaKucha dapat digunakan untuk berbagai hal, mulai dari menyajikan topik kuliah, presentasi masalah, pitching bisnis untuk klien, laporan staf, hingga seminar umum. Model presentasi ini membuat cerita yang kuat dan menarik secara visual dan menggerakkan penonton.
Sederhana. Menarik. Disiplin.
Bagaimana merancang presentasi dengan model Pechakucha? Berikut adalah beberapa tips untuk membuat presentasi dengan cara Pecha Kucha:
1. Pilih Topik.
Mulailah dengan topik yang kita sukai. Kenapa begitu? Karena minat dan antusiasme kita akan muncul dan bersinar dalam presentasi kalau kita membahas topik yang benar-benar dihayati. Ini juga membantu memotivasi kita untuk membuat dan merampingkan konten sesuai dengan sudut pandang yang kita inginkan.
2. Susun Alur
Walaupun banyak yang ingin ditampilkan dan disampaikan, jagalah agar topik kita tetap sederhana. Keunikan Pecha Kucha adalah membuat kita berdisiplin untuk menyampaikan apapun secara sederhana, terstruktur, mengalir, dan ringkas. Disiplin ini bukan tanpa alasan dan ini lebih menantang ketimbang memindahkan teks ke dalam power point. Buat garis besar dan selalu berpegang pada satu gagasan per slide. Kalau sudah memiliki struktur, kita bisa berkreasi, mungkin mengedit banyak ide agar sesuai dengan format 20X20
Kuncinya adalah bukan pada apa yang ingin kita katakan, tapi sebaliknya, pada apa yang perlu mereka dengar?
3. Buat Presentasi Powerpoint
Hindari menulis naskah untuk narasi slide. Isi teks dengan pointers sederhana dan ringkas. Masukkan gambar, ubah ukurannya sesuai keinginan, dan pastikan eye-catchy. Ada yang bilang seharusnya tidak perlu teks, cukup gambar atau gambar dengan caption (gambar keterangan). Tapi intinya adalah adalah mengisi slide secara menarik. Berikan overview singkat dan pastikan pesan kita jelas. Ingatlah bahwa kuncinya adalah bukan pada apa yang ingin kita katakan, tapi sebaliknya, pada apa yang perlu mereka dengar? Jangan lupa setting transisi presentasi kita secara otomatis untuk 20 detik per slide.
4. Berlatih
Latih presentasi beberapa kali sampai kita melakukannya dengan benar. Kadang kita meremehkan exercises, padahal ini penting untuk memastikan kita mampu menyajikannya dalam waktu yang ditentukan. Tiap orang punya kecepatan bicara yang berbeda, namun pastikan ketika menyampaikannya kita tidak terlalu cepat atau terlalu lambat, dan tetap nyaman didengar, tidak seperti robot yang tengah membaca. Setting waktu otomatis per slide akan menjadi alat yang menentukan apakah kita masih harus mengubah atau mengurangi isi presentasi atau menyesuaikan kecepatan bicara.
Setiap Pecha Kucha bisa menjadi keren apapun topiknya, jadi lakukan saja dan nikmati momen presentasi kita.
Comments