top of page

Peran-Peran Fasilitator dalam kelas

Updated: Oct 8, 2021

Ketika kita menjadi fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran, seberapa besar sih kita menyadari tugas dan peran kita? Apakah kita membuat checklist dan memberi centang jika tugas selesai? Atau kita ikuti saja panduan atau manual yang sudah ada seperti membuat resep kue bolu? Atau kita turut berproses secara organik dan berkembang bersama peserta?

Siapa itu fasilitator? Apa pengertian memfasilitasi? Apa tugas-tugasnya seorang fasilitator dalam proses pembelajaran? Berasal dari kata "facile" yang artinya - easily accomplished or attained; used or comprehended with ease. Pengertian "memfasilitasi" (to facilitate) adalah mempermudah, membuat menjadi lebih mudah (sesuatu), "to make easy or ease a process." Jadi pada dasarnya fasilitator adalah “seseorang yang membuat tindakan atau proses belajar menjadi mudah atau lebih mudah.”


Berikut ini saya ingin menuliskan apa saja yang saya ketahui tentang tugas-tugas fasilitator. Harap diingat bahwa ini bukan deskripsi kerja seperti di perusahaan atau di organisasi. Ini adalah peran yang kita mainkan dan kita kembangkan seiring berjalannya proses belajar.




1. Merancang dan Merencanakan proses pembelajaran

Seorang fasilitator pada dasarnya harus mampu merencanakan dan menjalankan rancangan pembelajaran, baik dalam kelas tatap muka maupun kelas daring. Ibarat supir dalam moda transportasi umum, fasilitator adalah orang yang membawa peta jalan dan menjalankannya. Di saat yang sama, fasilitator adalah orang yang harus memastikan agar perjalanan tiba di tempat tujuan dengan selamat dan semua penumpang puas selama perjalanan. Untuk kebutuhan tersebut maka fasilitator harus merancang dan merencanakan proses pembelajaran serta memilih metode dan perangkat yang tepat untuk membantu performa peserta mencapai hasil tersebut.


2. Bertanya dan Menggali

Fasilitator yang baik harus menahan diri dari menjadi ahli yang menjelaskan konten atau materi. Fasilitator yang baik melibatkan peserta dalam percakapan dan mengelola proses belajar. Menggunakan pertanyaan adalah salah satu alat yang dapat mengasah keterampilan fasilitasi kita. Salah satu metode bertanya yang cukup efektif adalah menggunakan model ORID (Objective, Reflective, Interpretive, and Decisional).


3. Meringkas, menstrukturkan, dan menarik pola

Kadang-kadang peserta memiliki banyak informasi yang ingin disampaikan sehingga menjadi sulit bagi peserta lain untuk melihat pola, benang merah, atau titik temunya. Oleh karena itu penting bagi fasilitator membantu untuk meringkas, menstrukturkan kembali dan menarik pola dari gagasan-gagasan tersebut. Seiring berjalannya pelatihan kita juga bisa melatih peserta untuk mencoba meringkas gagasan-gagasan mereka, sehingga kita tidak harus melakukannya untuk mereka. Contohnya, minta peserta menuliskan atau menyebutkan 3 poin kunci dari suatu masalah. Dengan meminta mereka mengambil 3 poin kunci maka mereka didorong untuk memetakan gagasan mereka dalam 3 gagasan utama.


4. Mengklarifikasi, memudahkan pemahaman

Ini yang paling mudah sebenarnya, tapi juga penuh tantangan. Walaupun tidak berperan sebagai narasumber namun kita dipaksa untuk menyiapkan diri agar memahami seluruh atau sekurang-kurangnya sebagian besar dari kerangka materi. Jika ada pertanyaan peserta yang tidak sempat atau bisa dijawab narasumber utama maka fasilitator bisa mencatat dan memberi komentarnya di akhir atau dalam kelas asinkron. Dengan menggunakan catatan flipcharting fasilitator juga bisa membuat konsep yang rumit dapat dipahami secara sederhana.


5. Membangun jembatan (bridge builder)

Tentu saja bukan membangun jembatan dalam arti harafiah, tapi membangun jembatan sosial. Bagaimana pun memfasilitasi adalah pekerjaan interaksi sosial. Fasilitator harus menciptakan lingkungan belajar yang aman dan terbuka untuk pertukaran gagasan yang sehat. Untuk itu, ketika kita melihat perbedaan pendapat atau pandangan, penting untuk mengantisipasinya dengan mencoba melihat persamaan dan titik temu sebagai landasan konsensus ataupun membangun kesepakatan untuk "bersetuju untuk tidak setuju", tanpa harus mengarah pada benturan atau konflik.


6. Mengamati dan memprediksi perubahan perilaku

Mengenal dan mengamati peserta adalah salah satu tugas yang penting dari seorang fasilitator. Kinerja dan keberhasilan belajar banyak bergantung dari bagaimana kita mengamati perubahan pada diri peserta belajar. Selama sesi pembelajaran berlangsung kita perlu secara jeli mengamati tanda-tanda dan potensi kecemasan, kelelahan, amarah, frustasi, dan berbagai perilaku yang bisa mempengaruhi proses belajar. Jika terlihat jelas, kita bisa mengirimkan pesan singkat secara diam-diam untuk mengecek apakah peserta mengalami kendala ataukah membutuhkan dukungan. Begitu juga akalu ada perubahan yang menunjukkan antusiasme, rasa ingin tahu, dan kemampuan memimpin, kita bisa memberi dukungan dan apresiasi.

7. Memoderasi atau menengahi diskusi

Jika sebuah diskusi berkembang begitu dinamis dan memunculkan banyak topik penting dan relevan secara bersamaan, maka ada baiknya fasilitator memfokuskan kembali diskusi tersebut. KIta bisa mengatakan "sepertinya kita punya beberapa topik diskusi yang berkembang di sini, jadi mungkin lebih baik kita bahas satu per satu. Kita bisa mulai dari topik XXX". Penting untuk mengelola waktu dan relevansi topik-topik tersebut untuk kepentingan dan tujuan pembelajaran (bukan semata-mata exercise intelektual). Di akhir diskusi pastikan untuk merangkum diskusi tersebut kembali dan melihat poin-poin kunci dari percakapan yang sudah dieskplorasi bersama.

8. Memandu atau mengarahkan kembali

Ketika peserta sedang seru dengan suatu topik kadang tidak ingat waktu. Tugas fasilitator adalah mengelola waktu dan sesi agar tidak berlarut-larut pada satu topik tapi mengabaikan dan mengakibatkan terabaikannya topik yang lain. Dalam kondisi seperti itu fasilitator harus mengembalikan perhatian peserta untuk memulai masuk ke topik yang lain. Cara lainnya adalah mengajak peserta untuk mendiskusikan kembali topik yang hangat itu dalam forum diskusi asinkron dan semua peserta bisa memposting komentar dan pendapatnya secara bebas tanpa dibatasi waktu.

9. Mendorong, Menyemangati, dan Membangun Dinamika

Dalam pelatihan apapun, baik tatap muka maupun daring, selalu ada saat-saat dimana energi peserta melemah atau berkurang dinamikanya. Salah satu tugas fasilitator adalah mendorong dan menggerakkan keterlibatan peserta jika sebuah topik penting diabaikan, diskusi kurang dinamis, atau peserta kehilangan gairah atau semangat belajar. Memberikan satu-dua energizer bisa jadi pilihan, atau mengajukan pertanyaan terbuka untuk menghidupkan kembali percakapan, ata mengajukan pertanyaan yang dirancang untuk mendorong diskusi yang substantif. Yang lain lagi kita bisa menulis di chat room untuk mendapatkan perhatian dengan mengatakan, "Kayaknya diskusi kali ini lebih hening dari biasanya -- kira-kira apa yang ada di pikiran kalian?"

10. Mengatasi Kendala Teknis (Troubleshooting)

Ini yang paling sering terjadi dalam kelas daring. Audio dan camera tidak bekerja, koneksi memburuk di tengah sesi kelas virtual, peserta tidak bisa join LMS, email tidak masuk, materi tidak bisa diunduh, peserta tidak bisa mengunggah tugasnya di LMS, tidak bisa join break-out room, peserta terlempar dari kelas karena gangguan sinyal, tidak dapat notifikasi jadwal kelas virtual, dan sebagainya, dan sebagainya. Dalam setiap pelatihan daring, gangguan teknis kecil dapat mempengaruhi proses belajar. Karenanya fasilitator perlu senantiasa bersiaga, bantulah peserta menyelesaikan masalah ini, tanpa harus berlarut-larut. Jika masalahnya bukan sesuatu yang kita kuasai cara mengatasinya, kita bisa meminta staf teknis untuk membantu.

11. Mengatasi dan memediasi Konflik

Baik di kelas daring maupun tatap muka, pada dasarnya setiap orang dalam kelas memiliki tantangan dan kepribadian yang unik. Konflik dan gesekan kerap terjadi, bisa karena perbedaan pendapat atau pun latar belakang yang menimbulkan kesalahpahaman. Kalau kita segera mengatasi atau menengahi konflik dengan peserta akan kembali fokus pada proses belajar. Tapi jika terus berkepanjangan atau menyentuh pada persoalan yang prinsipil (misalnnya ada tindakan bully, harrasment) maka kita perlu membawa pesan kepada seluruh peserta. Ingatkan mereka tentang aturan dan kesepakatan bersama yang sudah dibuat.

12. Mencari Jalan Keluar dari masalah "gawat darurat"

Kadang-kadang ada situasi gawat darurat yang memerlukan perhatian segera dari fasilitator, dan kita harus bersiap jika menghadapi situasi yang tidak diharapkan. Mulai dari narasumber yang tidak hadir dan harus digantikan, menangani peserta yang AWOL (absent without leave) terus menerus, kelas virtual yang diganggu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, hingga hingga mengubah format dan perangkat pembelajaran karena tidak cocok, tidak memadai, atau terlalu sulit bagi peserta. Fasilitator perlu menangani masalah-masalah tersebut dengan cepat untuk menjaga agar proses belajar tidak terpengaruh.


Masih ada lagi? Silakan tuliskan komentar anda dan perkaya tulisan ini dengan pengalaman anda.

Comments


bottom of page